12/06/2013

Curahan Hati Lelaki Perindu Cinta


Bismillaah..
Udara subuh menjelang pagi memang paling sehat untuk dicium. Sambil bersenandung, kutendang dengan pelan kerikil-kerikil kecil yang menganggu aktifitas jjsku, alias jalan-jalan syar’i. Pagi masih dini, pun matahari belum mencigapkan separuh sinarnya. Masih dingin dengan embun dan nafas yang seakan-akan membeku. Jalanpun masih sepi. Hanya satu dua kendaraan roda dua berikut roda empat yang lalu lalang. Ku lanjutkan langkahku sambil menghitung jumlah pejalan kaki yang lewat. “Satu.. dua tiga..”
Teringat terakhir kali kusempatkan jalan-jalan sepagi ini, itu sekitar setahun yang lalu. Tapi tak seperti sekarang yang aku hanya sendiri. Dulu berkawan, ada teman yang senantiasa menemani kemanapun langkah pagiku, ada canda yang disodorkan dengan gelak dan tawa, dan kadang ada bahagia yang berbalut air mata. Yah, itulah dia masa muda. Saat para sahabat sebaya semakan selapar, setidur senyenyak. Tapi, kini.. satu-persatu telah pergi meninggalkan sarang lama menuju sarang baru. Saat usia menuntut untuk dipertimbangkan, maka hidup adalah pilihan, hidup adalah pertemuan sekaligus perpisahan. Saat ruang semakin kosong untuk ditinggali sendiri, saat hati mulai gundah lalu gelisah menjelang malam. Saat itu tujuan kehidupan kedua dimulai. Memulai awal baru dengan lembar baru.
Yah, aku sedang membicarakan diriku sendiri. Aku yang selalu memberikan senyuman saat perpisahan datang menyapa. Aku yang selalu berlapang dada saat duka mengutuk jiwa, aku yang selalu mencoba sabar saat ujianNya berusaha kulewati, sampai sekarang. Saat ujian itu makin besar, tawakkal wa shobirin menjadi pilihanku. Saat satu-persatu teman kusalami dengan iringan sakinah mawaddah warahmah. Saat satu-persatu ruang hati terlalu kosong untuk ditinggali, lalu seakan berdebu, ia minta ‘tuk dibersihkan. Tak terlintas sedikitpun untuk menggesar cintaNya. Hudznuzon yang selalu ku optimiskan, membuatku yakin Dia punya rencana lain.
Dan, masih dengan pagi yang mataharinya belum tampak. Sambil mengingat hari ini adalah matahari ke 2362 masa penantianku sebelum melangkah menutup usiaku yang kepala tiga. Aku masih bisa tersenyum, saat teman lama datang bergandengan dengan kehidupan keduanya. Saat gelaknya ku lihat lebih bermakna dan tampak bahagia. Berbeda sekali sewaktu kami dulu. Lalu lagi dan lagi, senyum itu luluh berubah menjadi rapuh, dan airmata jatuh kerelung hati. Tertahan. Lalu tertekan. Sesak. Seakan ingin berlari saja dan berteriak sekencang-kencangnya.  Lalu istighfar ku kejar terburu-buru, dan kutepuk-tepuk pelan dadaku berpura-pura menahan tawa.
Dan, masih dengan enggan mengintip kakiku yang berpijak kini ia muncul perlahan-lahan dengan bayangan yang mulai meninggi. Berharap matahari terakhir datang menjemput. Walau kutahu penantianku tak lebih lama dari yang lain, mungkin. Namun hati tetap berbicara pasti. Jika tak kutemui ia didunia, maka Allah akan mempertemukanku dengannya diakhirat nanti.
Yang kutahu, setiap janjiNya adalah pasti. Maka dengan segenap jiwa, walau sejuta mataharipun ku lalui, aku tetap berdiri. Karena cintaNya yang kuyakini, adalah sebuah janji yang tertunda untuk dinikmati. Insyallah..



dituliskan untuk Uncle <- Insyaallah janji Allah adalah pasti :D
 

~a thousand dreams.~ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea