8/30/2011

Jodoh Yang Tidak Disangka




Ada seorang gadis yang menangis kepada Allah karena belum menikah, pada saat itu dirinya memohon pada Allah agar memberikan jodoh yang baik dan menjadi imam bagi dirinya, sudah lewat 30 tahun usianya kekhawatiran tentu ada apalagi ia anak yang pertama dan masih memiliki adik, sementara ibunya membesarkan seorang diri. Kesibukannya bekerja, sang ibu selalu mengingatkan kapan dirinya menikah? yang ada hanyalah dijawab dengan tetesan air mata. Gajinya yang lebih dari cukup untuk membiaya sekolah adiknya dan menghidupi sang ibu.

Dengan bertekad untuk bershodaqoh di Rumah Amalia, hanya memohon kepada Allah berkenan memberikan jodoh yang baik oleh Allah. Ia yakin jodoh adalah kehendak Allah dan hanya Allah yang akan memudahkan dan menyegerakan jodoh untuknya. Sebulan kemudian ia menerima karunia Allah dengan tidak disangkanya. Suatu ketika dirinya sedang berada di ruang tunggu dokter untuk periksa kesehatan sambil menunggu giliran. Tiba-tiba ada seorang ikhwan mengajak berkenalan. Dari perkenalan itu ikhwan itu melamar dan mereka menikah. Belakangan ia tahu bahwa suaminya jatuh cinta karena buku yang dibacanya yang berjudul "40 Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami." Alasan suaminya sangat sederhana, "Gadis ini belum menjadi seorang istri tetapi sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik berarti dia, gadis yang sholehah."

Ajaib, begitulah cara Allah penuh misteri dalam melimpahkan karuniaNya yang indah. Karunia itu hadir disaat kita tidak duga dan ditempat yang tidak disangka, bisa hadir dimana saja dan kapan saja tetapi ada satu yang hal tidak bisa dipungkiri yaitu karunia Allah akan selalu hadir kepada orang yang gemar berbuat baik bagi sesamanya. Sebagaimana Firman Allah, "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya." (QS. al-Baqarah : 93).



M. Agus Syafii

8/26/2011

Bangkit Dari Keterpurukan, Melangkah Menuju Kebahagiaan

Disaat langit terlihat indah, cahaya matahari pagi bersinar menghangatkan tubuh. hati penuh kedamaian. Wajah berseri-seri menyambut kebahagiaan telah menanti. Tiba-tiba terdengar, Braaakkk!! Badai itu datang menghempas. Tidak pernah diduga dan dibayangkan sebelumnya. Begitulah cobaan hidup menghempas, meluluh lantakkan relung yang paling dalam. Tanpa permisi dan tanpa peduli, apakah siap atau tidak, apakah menerima atau menolak. Membuat hati kita hancur remuk redam dan menggoreskan luka yang teramat pedih. Sampai anda berteriak, "Ya Allah, kenapa aku diuji seberat ini?"

Dalam kesendirian dan kesepian diselimuti oleh kepedihan. Kepedihan yang kehadirannya tidak pernah anda kehendaki namun kemana-mana selalu mengikuti dan menemani diri anda. Dada terasa perih bagai teriris-iris. Tidak lagi mampu berpikir jernih, Apapun yang dirasakan, apapun yang dipandang, didengar semuanya terasa kepedihan. Hempasan cobaan telah membuat tubuh terasa lunglai. Terpuruk dalam lembah hitam, yang terlihat hanya hitam kelam. Di depan, di belakang, di samping yang ada hanyalah gelap gulita. Walau sudah berusaha, berteriak minta tolong, mendorong, menyingkirkan tetap saja gelap gulita sehingga tidak lagi bisa bergerak maju, menatap ke depan dengan baik, tidak lagi mampu berpikir dengan jernih, tidak lagi merasakan apapun, kemudian melemah.

Lantas bagaimana agar keluar dan bangkit dari keterpurukan? Bila anda ditengah keterpurukan, hidup anda terasa gelap gulita dan hitam kelam. Bersyukurlah, musibah dan cobaan yang anda alami ada nikmat ruhani yang Allah berikan agar anda bersabar dan diingatkan untuk kembali kepada Allah. Serahkan semua masalah yang anda hadapi kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi penolong dan pelindung bagi anda. Ditengah kepedihan yang anda rasakan, hidup seolah gelap gulita dan hitam kelam, selama keimanan masih dihati anda, semua akan dimudahkan dengan pertolongan Allah. Agar bisa menyelamatkan dari keterpurukan semudah seperti yang anda bayangkan, anda butuh kekuatan dan kesabaran untuk melewati kepedihan dan keterpurukan. Semakin banyak orang yang turut serta mendoakan anda, memohonkan kepada Allah agar keluar dari keterpurukan maka Allah akan dengan cepat mengeluarkan anda dari kegelapan, penderitaan dan bangkit dari keterpurukan melangkah menuju cahaya kebahagiaan, sebagaimana FirmanNya. "Allah pelindung bagi orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya." (QS. al-Baqarah : 257).






M. Agus Syafii



8/25/2011

Cinta Itu Memaafkan


Badai itu datang waktu perusahaan suaminya bekerja gulung tikar akhirnya suaminya mengajukan pensiun dini karena masih muda dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya. Setiap kali mendapatkan pekerjaan, selalu saja berhenti dan berpindah ke perusahaan lain karena dengan alasan kurang nyaman. Sebagai istri, dirinya selalu mengingatkan agar "istiqomah" dalam mencari nafkah, tidak mudah pindah-pindah ke perusahaan lain. Sifatnya yang mudah tersinggung ternyata ikut mempengaruhi kinerjanya. Kalau ada sesuatu yang tidak ia sukai , baru beberapa bulan bekerja, suaminya lantas mengundurkan diri. Sifat keras dan mudah tersinggung itulah yang selalu saja memicu pertengkaran.

Perjalanan kehidupan bahtera rumah tangganya selalu saja dipenuhi dengan pertengkaran demi pertengkaran, namun tak selama kondisi pertahanan batinnya kokoh untuk bisa menerima perlakuan suaminya. Seringkali dibentak membuat tubuh dan batin gemetar. Selama lebih dua belas tahun pernikahannya beberapa kali sempat melontarkan kata meminta cerai. Bahkan ketika orang tua tahu akan hal itu, sempat memperingatkan padanya agar untuk memikirkan dengan matang. Suaminya tidak pernah menanggapi ucapannya. Sampai kemudian terjadi pertengkaran hebat. Ditengah masing-masing ego menguat, suaminya memutuskan untuk menerima keputusan dirinya untuk berpisah, membuat air matanya mengalir. Isak Tangis tak mampu ditahannya. Anaknya semata wayang berlari, memeluknya. Menangis dipangkuan ibunya. Matanya seolah mengatakan, "Jangan tinggalkan ayah, Mah."

Di Rumah Amalia Ia duduk terdiam beberapa saat lama, dalam kesedirian merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Hari itu beliau berkenan bershodaqoh untuk Rumah Amalia dengan harapan agar Allah berkenan memberikan kekuatan dan kesabaran untuk bisa memaafkan serta keluarganya bisa utuh kembali. Begitu pulang sampai di Rumah, suami dan putrinya sudah menunggu. Sang suami memeluk dirinya dan meminta maaf atas perlakuannya selama ini. Sementara anaknya memegang tangannya. Keajaiban itu terjadi. Doa dan harapannya terkabul, keluarganya utuh kembali, begitu terasa indah dan membahagiakan. Suaminya menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik, bisa mengendalikan emosinya dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai seorang istri, dirinya telah menemukan makna cinta dengan memaafkan, seperti sekuntum bunga yang menebarkan keharumannya kepada orang yang telah melukai hatinya untuk menggapai cinta yang hakiki yaitu cintanya kepada Allah.

"Seorang suami apabila memandang istrinya dg kasih sayang & istripun memandang dg kasih sayang maka Allah memandang keduanya dg pandangan kasih sayang. Bila suami memegang telapak tangan istrinya maka dosa-dosa keduanya berguguran dari celah jari-jari tangan keduanya" (HR. Rafi'i).



M. Agus Syafii

8/19/2011

Reuni



(1)
Satu detik yang lalu aku mulai mengenalMu.
Engkau adalah candu.
Dan aku mulai gila jika sekejap kehilanganMu.

(2)
Alif Lam Ha.
Tak banyak yang ku tahu tentangMu.
Tapi namaMu selalu ku lafal dalam kerja, dalam kata, dalam rasa.
Meski terbata.

Bagiku, Engkau adalah muara.
Dan aku berusaha menantang badai agar tak karam sebelum mencapai pusaranMu.


(3)
PadaMu aku Luruh.
Harapku hanya sebatas menggenggam tanganMu.
Tapi Engkau berlari merengkuhku ke dalam dekapMu.

Engkau adalah segala.
Dan aku menangis malu sebab acap berkeluh Engkau mengabaikanku.

8/18/2011

~ bunga mawar ~ (( vido ))

♥●•٠·˙ Diatas Sajadah Cinta ˙·٠•●♥






Bunga mawar beraroma harum. Kelopak-kelopaknya begitu tertata banyak dan melindungi benang sarinya dengan seksama. Mawar juga tidak mudah menggugurkan mahkota-mahkota bunganya. Betapa mawar tetap bermahkota dan berkelopak, meskipun mungkin bila ia dipetik dengan tangkainya. Dan ia diletakkan tanpa air, ia mungkin layu tapi mahkotanya tidak gugur!

Bunga itu masih lagi dilindungi kelopaknya yang tak kalah teguh. Bukan itu saja! Kau tahu, saudariku? Mawar begitu sulit terjangkau! Harus berhati-hati memetiknya sebab tangkainya yang meskipun kecil namun kokoh dan berduri.

Saudariku jadilah engkau wanita seperti mawar yang begitu indah dipandang. Kecantikannya terpancar dari sebuah keteguhan yang dalam. Bukan hanya cantik dari fisiknya semata, namun dia memancarkan kecantikan yang lain. Kecantikan yang membawanya pada sebuah derajat yang begitu tinggi.

Wanita yang seperti bunga mawar memiliki keteguhan prinsip. Dia mengerti setiap detil dari dirinya begitu berharga untuk itulah dia menjaganya dan melindunginya dengan seksama. Lihat betapa banyak ‘senjata’ yang dimiliki mawar untuk melindungi putik dan benang sarinya. Itulah, wanita apalagi wanita Islam dituntunkan untuk selalu menjaga dirinya. Karena setiap bagian jasad, ruh dan akalnya memiliki potensi keindahan.

Wanita yang berkarakter mawar juga sangat teguh pendiriannya, dia tidak mudah meluruhkan harga dirinya. Untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan prinsipnya. Lihat, betapa mawar tidak mudah menggugurkan mahkota bunganya meskipun ia layu. Wanita-wanita seteguh mawar tidak akan meluruhkan kehormatannya dia akan menjaganya meskipun ia harus berjuang untuk itu.

Satu lagi, saudariku...
Mawar tidak mudah dipetik. Semua orang tahu bahwa wanita memiliki banyak pesona, namun pesona itu tidak membuatnya pongah. Pun begitu, wanita berkarakter mawar selalu memancarkan keramahan dan kebaikan. Tapi untuk mendapatkannya? Nanti dulu! Bukan jual mahal, tapi ia memiliki izzah (harga diri, kehormatan, rasa PD, bangga bukan karena dirinya tapi ‘bangga’ karena ia memegang teguh Islam dan segala peraturannya).

Pesona mawar membuat orang tidak berani mempermainkannya. Pesona karakter ‘mawar’ akan menyeleksi siapa yang beruntung mendapatkannya dengan cara yang baik. Bukan menyerobot apalagi memetiknya dengan paksa! Sebab jika itu dilakukan, Sang Mawar akan melukai tangan pemetiknya yang kasar dan tidak beradab, iya kan?

Maka, siapapun yang ingin memetik mawar-mawar muslimah itu, ia haruslah seorang yang memiliki keteguhan dan daya juang! Ia harus meminta mawar-mawar muslimah itu dari pemiliknya Siapa pemiliknya? Sang pencinta mawar itu dan pemilik kebun mawar yang sejak kecil merawat dan menjaga Sang mawar agar tumbuh menjadi muslimah yang teguh.

Bagaimana? Jika kalian baca tulisanku ini dan kalian seorang wanita muslimah. Semoga kalian bergegas untuk menjadi kuntum mawar terindah di kebun rumah orang tua kalian. Jika kalian seorang laki-laki, seorang muslim dan sedang ‘mengagumi’ salah satu kuntum mawar itu. Bersiaplah untuk menjadi pemetiknya yang ‘sekufu’ bukan karena hal-hal yang tampak tapi dari cara kalian memetiknya!

Ketuklah pintu pagar dimana mawar itu tumbuh. Datangi keluarga dimana mawar itu tumbuh dan terjaga (jangan asal slonong apalagi merusak dan memaksanya!). Kemudian mohonlah pada Sang Pencipta mawar itu karena Dialah pemilik dan pemeliharanya yang hakiki. Mohonlah agar Ia berkenan menjadikan kalian sepasang insan yang menebarkan kebaikan di taman bumi dan mengetuk syurga dengan keagungan yang terjaga!




8/16/2011

Menikmati ‘Taman Surga’

Taman, di manapun, selalu diasosiasikan sebagai tempat yang indah, penuh warna, dengan ragam pepohonan dan bunga warna-warni, harum semerbak; baik ia ada di depan atau belakang rumah mewah; baik ia ada di sekeliling istana para raja; atau mungkin ia merupakan tempat tersendiri yang sengaja dirancang sebagai tempat rekreasi dan wisata. Taman selalu diasosiasikan dengan keindahan. Tak ada taman yang diasosiasikan dengan keburukan. Demikianlah realitas taman di dunia ini.

Namun demikian, seindah apapun taman di dunia tak pernah ada yang kemudian disebut dengan ‘taman surga’. Karena itu, menarik saat justru Baginda Rasulullah SAW menyebut-nyebut adanya ‘taman surga’, bukan di surga, tetapi di dunia ini. Anas bi Malik menuturkan bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para Sahabat, “Jika kalian melewati taman-taman surga, makan dan minumlah di dalamnya.” Para Sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu, wahai Rasulullah?” Jawab beliau, “Halaqah-halaqah (majelis-majelis) ddzikir.” (HR at-Tirmidzi).

Melalui hadits ini, tegas Rasulullah menyamakan majelis ddzikir dengan taman surga, tentu dari sisi kemuliaan dan keutamaannya, sekaligus menyebut orang yang ada di majelis-majelis ddzikir sebagai orang-orang yang sedang menikmati hidangan di taman-taman surga itu (Syarh Ibn Bathal, II/5).

Keutamaan taman surga tentu tak bisa dibandingkan dengan taman dunia. Sebab, surga itu sendiri dan apa saja yang ada di dalamnya belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga atau terbersit di dalam kalbu manusia (Tafsir ath-Thabari, XVII, 346).

Lalu apa yang dimaksud dengan majelis dzikir? Dalam hadits lain Rasul SAW menyebut taman-taman surga itu dengan majelis-majelis ilmu. Inilah yang juga dipahami oleh para Sahabat seperti Abu Hurairah ra dan Ibn Mas’ud ra (Fauzi Sinaqart, At-Taqarrub iilla Allah). Imam al-Qurthubi juga menyebut majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu tentang halal dan haram. Adapun menurut Imam a-Ghazali, yang dimaksud adalah majelis ilmu-ilmu akhirat; ilmu tentang Allah SWT dan kekuasaan-Nya serta penciptaan-Nya (Faydh al-Qadir, I/696).

*****

Terkait ilmu dan keutamaan majelis ilmu, juga kemuliaan para pencarinya, diterangkan oleh banyak hadits, selain hadits di atas. Baginda Rasulullah SAW, misalnya, pernah bersabda, “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim.” (HR Muslim).

Katsir bin Qays berkata:

Saya pernah duduk bersama Abu ad-Darda di Masjid Damakus. Tiba-tiba datang seseorang kepada dia dan berkata, “Wahai Abu ad-Darda, saya datang kepada engkau dari Madinatur Rasul SAW demi memastikan suatu hadits yang sampai kepada diriku, bahwa engkau pernah membicarakan hadits itu dari Rasul SAW, yang tentu sangat aku butuhkan.”

Abu ad-Darda lalu berkata, “Aku memang pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan membuka bagi dirinya salah satu jalan di antara jalan-jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayap mereka karena ridha kepada pencari ilmu. Sesungguhnya seorang yang berilmu (ulama) benar-benar dimintakan ampunan kepada Allah bagi dirinya oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, hingga bahkan ikan-ikan di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang suka beribadah adalah seperti keutamaan cahaya bulan purnama atas cahaya seluruh bintang di malam hari. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambil ilmu, berarti dia telah mengambil sesuatu yang amat berharga.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah dan Ahmad).

Generasi salafush-shalih adalah orang-orang yang amat memahami keutamaan ilmu dan majelis ilmu. Lalu bagaimana dengan generasi umat Islam hari ini? Sayang, meski kebanyakan majelis ilmu itu gratis, padahal menjanjikan keutamaan yang luar biasa saat hadir di dalamnya sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW di atas, tak banyak orang yang berbondong-bondong untuk menghadirinya. Buktinya, meski majelis ilmu menjamur di mana-mana, biasanya yang hadir jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Bandingkan dengan “majelis sepak bola” atau “majelis konser musik”; meski setiap orang harus mengeluarkan puluhan atau bahkan ratusan ribu untuk membeli karcis masuk, toh peminatnya selalu membludak walau harus berdesak-desakan. Padahal jelas, “majelis-majelis” semacam ini tak menjanjikan apa-apa selain kesenangan sesaat. Itulah realitas generasi umat hari ini. Mereka benar-benar telah ‘buta’, tak lagi dapat melihat keutamaan dan keindahan taman-taman surga. Na’udzu billah min dzalik.

8/11/2011

Mati


Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan: yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu
(HR. Ath-Thobaroni dan Al-Hakim Shahih Al-Jami’ush Shaghir: no. 1222; Shohih At-Targhib, no: 3333)


Quss bin Sa’idah Al-Ibaadi, salah seorang hunafaa’, melantunkan sya’ir:
Pada orang-orang dahulu yang telah pergi (mati),
dari umat-umat (yang telah tiada) terdapat bukti-bukti yang nyata
Ketika aku melihat tempat-tempat yang dituju,
bagi kematian yang tidak ada sumber-sumbernya,
Aku melihat kaumku pergi menuju kematian,
orang-orang besar dan anak-anak kecil,
Akupun yakin, bahwa aku pasti akan pergi juga, ke mana kaumku telah pergi.


Ziyad An-Namiri berkata,

“Tidaklah aku rindu untuk menangis melainkan aku hanya tinggal lewat saja.”.
“Seorang  lelaki bertanya padanya, “Bagaimana caranya?” .Dia berkata, “Kalau aku ingin menangis, aku keluar menuju pemakaman. Lalu aku duduk di salah satu kuburan. Kemudian aku memikirkan keadaan mereka yang sudah hancur. Dan aku mengingat sisa waktu yang masih kita miliki. Dia berkata, “Maka di saat itulah keadaanku tersembunyi (sedih begitu mendalam –pent).”

Aku katakan , dan Allah-lah yang Maha Pemberi Taufik :

Apakah di negeri ini kehancuran masih saja membangun
Sedang bukan untuk membagun kau diciptakan

Waktu tak menyisakan bagimu alasan, Ia telah menasehatimu tapi kau tak mendegarkan
Setiap saat ia selalu memanggil untuk berangkat
dan mengabarkan bahwa kaulah yang ia maksud

Ia perdengarkan panggilan dan kau terus mengabaikan
Seakan-akan kau tak pernah mendengarkannya

Kau tahu bahwa di sana adalah perjalan panjang
Namun kau lalai menyiapkan perbekalan
Kau tidur sedang sang pemangsa waktu terus mengintai
Dibelakangmu dan tak pernah tidur, bagaimana bisa kau masih lalai?
Cacat kehidupan dunia ini betapa banyaknya
Sedangkan engkau sudah terbiasa mencintainya

Hilang usia dalam permainan dan bersenang-senang
Kalau kau berakal tentu kau takkan berleha-leha..

Maka setelah mati yang ada hanya neraka bagi yang bermaksiat
dan surga bagi yang taat

Dan kau tak mungkin berharap kembali ke dunia
Untuk melakukan kebajikan yang pernah kau tinggalkan

Hari itu, dirikulah yang pertama kusalahkan
Karena telah melakukan seperti yang kau kerjakan

Duhai diriku, apakah masih saja berlumur maksiat
Setelah sembilan belas tahun masa telah lewat
Ku harapkan panjang umurku sehingga bisa kulihat bekal perjalanan yang telah tersedia
Wahai dahan masa muda yang bergoyang penuh kebugaran
Telah berlalu waktu dan seakan kini kau beruban
Kau telah tahu, maka tinggalkanlah jalan kebodohan
Hati-hatilah dengan panggilan itu, sedang kau tak beramal

Wahai yang menghimpun harta, padaku tolong katakan..
Apakah kau tumpuk bisa mencegahmu dari kematian ?

Wahai yang mencari pengaruh dan kekuasaan agar perintahnya selalu dipatuhi oleh bawahan
Kau bersorak ke tahta tanpa kau pedulikan
Kau seorang yang zalim ataukah yang berkeadilan ?
Tidakkah kau tahu bahwa pada saat ia kau raih, sungguh sebenarnya tanpa pisau kau sedang disembelih
Kesenangan pada saat kau diangkat menjadi penguasa
Takkan menggantikan kesedihan saat kau diturunkan

Jangan tunda lagi karena waktu adalah pedang
Kalau tak bisa kau manfaatkan maka kau telah menyia-nyiakan
Kau lihat waktu telah mengusangkan dahan pepohonan
Dan melipat semua kesenangan yang pernah kau siarkan

kau tahu sungguh dunia itu hanya mimpi belaka
Yang paling indah kau rasakan tiba-tiba hilang saat terjaga
Maka bagaimana kau terhalang meraih yang abadi
dan dengan yang fana serta hiasannya kau sibuk setengah mati

Itulah dunia yang kalau sehari menyenangkanmu
Ia akan membuatmu susah lebih lama dari hari senangmu
Ia menipumu,
bak Fatamorgana, kau jalan kepadanya

Tanpa kau sadari bahwa kau telah terpedaya
Saksikan berapa banyak ia hancurkan sesuatu yang dicinta
Tapi kau bersikap seolah takkan tertimpa apa-apa
Kau kubur mereka dan pulang dengan penuh kegembiraan
Atas warisan dan perkebunan yang kau dapatkan
Dan kau lupakan mereka sedang esok kau pun kan fana

Seolah kau tak pernah tercipta dan tak pernah ada
Kau bercerita tentang mereka dan kau kata : mereka sudah tak ada

Ya, mereka sudah tak ada,
demi Allah,
seperti kau pun dulu tak ada..
Mereka kini menjadi ceritamu,
sedang esok kau yang jadi tinggal cerita
Untuk orang lain, maka berbuat baiklah sekuat tenanga
Setelah mati orang hanya tinggal jadi kenangan
Maka jadilah orang yang baik saat dikenang
Tentang sang paman yang telah tiada, tanyakan waktu
Dan tentang sang raja, dengan pertanyaan yang telah kau tahu

Bukankah kau lihat rumah mereka kini tak berpenghuni
Dan segalanya yang kau kenal kini kau ingkari ... 


أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

[ Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. 4:78).

تُبْصِرُونَ. فَلَوْ لآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ. تَرْجِعُونَهَا إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah), kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar. (QS. 56:83-87) ]


8/08/2011

Buka PUasa


Cuaca sore menjelang buka puasa...
Pemandangan jalan raya kota yang berantakan..
Tumpukan manusia2 bak semut memenuhi pinggir jalan..
Ku lirik jam henponku... masih duapuluh menit lagi waktunya bedug puasa..
Ramai dan gaduh....
Beginilaah suasana dari tahun ke tahun dalam satu bulan ditahun masehi.. bulan ramadhan bulan puasa.. bulaan yang lebih baik dari seribu bulan..
Mobil motorr memenuhi ruas jalaan.. pun begitu dengan pejalan kaki ataupun yang sengaja memarkir mobil atau motornya untuk sekedar “ ngabuburit “ berbaur dengan pejalan kaki lainnya.. termaksud aku.
Setengah ada yang sudah selesai dengan jajanan perbukaannya. Setengah lagi masih asik sibuk memilih2 apa yang enak dinikmati setelah seharian menahan lapar dan haus.. atau seperempat lagi memanfaatkan moment menjelang buka menunggu bedug dirumah masing2.
Ah~ angin sore berhembus... sejuk sekali...
Kembali ku lirik jam henponku,.. sebelas menit lagi menjelang buka puasa..
Langit masih cerah dengan sinar merahnya..
Buru2 ku sadarkan diri untuk tak terlena menikmati keramaian kota..
Haha~ ternyata aku benar2 lupa. Bahwa aku harus segera pulang mengantarkan titipan Mom..
4bungkus Kolding sebagai Bismillaah jam buka.
Pasti benar2 maknyooooss .. ,pikirku..
Ku percepat langkah menuju parkiran..
enammenit menuju rumah dengan Bendi merahku..
Ku rogoh sakuku berharap ada uang seribuan untuk membayar jasa si tukang parkir yang sedari pagi sibuk mengatur “ kendaraannya “
Ah..... takada.. yang ada hanya selembar kertas dengan angka 2000
Hitung2 sedekaah.. ku serahkan kepada si tukang parkir .. “ kembaliannya, mbak “ katanya.. aku hanya tersenyum sambil melaju motorku ..
Haaaa~ semakin kenceng motorku semakin kencang juga angin menerpaku... Sejuknya ....
Masih tersisa limamenit lagi untuk sampai dirumah. Ku pelankan laju motorku sambil melirik kiri-kanan..
Masih, masih ramai orang2 yang sedari tadi sibuk membeli ss1 untuk perbukaan. 
ku lihat dari pedagang2 kaki lima yang berserakan di pinggir jalan ..



Hooo My~
Ramadhaan.. oh ramadhaan..
Sekarang sudah satuminggu kau temani kami...
Terasa sebentar..
Menyambutmu berurai air mata bercampur bahagia.. pun nanti ketika melepasmu..
Hah~ Allah..
Nikmat-Mu tak terhingga ..
mengingatmu menitikkan air mata..
Subhanallaah~



Allahummalaku shumtu.................................. ^^”

8/02/2011

~** Dia menCiUm BAU SYURGA **~

Bismillahirrahmanirrahim....
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.......

Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah rhodiyallaahu ‘anhu, Rasululllah shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, " Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya...
diantaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah." Dan di dalam sebuah hadits shohih yang berasal dari Anas bin an-Nadhr rhodiyallaahu ‘anhu, ketika perang Uhud ia berkata,
"Wah .... angin surga, sunguh aku telah mencium wangi surga yang berasal dari balik gunung Uhud." Seorang Doktor bercerita kepadaku, " Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal - semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya.

Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal.
Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat?
Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya? Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara.
Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal...
tenanglah ... sesungguhnya aku mencium wangi surga.!
' Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat.
Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri...
karena sekarang aku mencium wangi surga.' Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah' Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta'ala. Allahu Akbar ... apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari...Semua kalimat tidak mampu terucap...
dan pena telah kering di tangan... Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta'ala, " Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat." (Ibrahim : 27)

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi. Ia melanjutkan kisahnya,

"Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya' di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.

1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat". Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.
2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.
3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanalllah ... Sungguh indah kematian seperti itu.

Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta'ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.

Saudara-saudara tercinta ... kisah belum selesai...
Saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabnya? Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya?

Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah -red) yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-ngidamkann ya; meninggal dengan mencium wangi surga.

Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama'ah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU." Aku katakan, "Maha benar Allah" yang berfirman (yang artinya-red) "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Fhushilat:30- 32) --------

~ Setiap ummatku akan masuk syurga, kecuali yang enggan!? maka sahabat bertanya, siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah? Nabi menjawab, ?Siapa yang mentaatiku maka ia masuk syurga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan? (Hadith Riwayat Al-Bukhari)

Dan juga sabda Nabi shallallahu?alaihi wasallam,
~ Syurga itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dibandingkan dekatnya tali sendalnya terhadapnya, demikian pula dengan neraka.? (Muttafaqun ?alaih).

Diambil dari : Serial Kisah Teladan Karya Muhammad bin Shalih Al-Qahthani, sebagaimana yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir.

Wassalam.....

****

♥●•٠·˙ Diatas Sajadah Cinta ˙·٠•●♥

Jadilah Pemburu Surga ^






Islam tidak akan dapat tegak, kecuali dengan perjuangan para penganutnya. Islam tidak akan tertanam, kecuali dengan siraman darah. Oleh karena itu, guru kita, Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa salam, gagah berani – dalam semua arti yang dikandung kata – ‘berani’. Para sahabat beliau juga orang-orang yang pemberani. Abu Bakar seorang siddiq, Umar terbunuh, Utsman juga tewas, Ali mandi darah. Delapan puluh persen sahabat beliau terbunuh.

Sehari sebelum perang Uhud, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda diatas mimbar :

“Demi Allah yang menggenggam jiwaku, setiap orang yang terbunuh di jalan Allah pasti datang pada hari Kiamat seperti keadaannya ketika terbunuh didunia. Warnanya warna darah, tapi baunya bau minyak kesturi”.

Dalam hadist lainnya Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya Allah berfirman kepada para syuhada pada hari Kiamat. Siapa yang membunuh kalian?” Mereka menjawab, “Musuh-musuh-Mu”. Dia berfirman lagi, “Mengapa kalian dibunuh?” Mereka menjawab,”Kami terbunuh karena perjuangan di jalan-Mu. ‘Dia berfirman, “Aku telah mengampuni kalian”.

Kita perlu menengok perang Uhud agar kita bisa melihat, bagaimana para leluhur kita dahulu, bagaimana keadaan kita sekarang, an apa yang kita berikan kepada Islam?
Mana para syuhada hari ini?
Mana para pahlawan Islam hari ini?
Mana peran kita dalam menyebarkan Islam hari ini?
Mana darah? Mana harta? Mana waktu? Mana pengorbanan?
Semuanya kosong.

Sehari sebelum pecah perang Uhud, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bermusyawarah dengan para sahab at. Beliau mengumumkan hendak memerangi Abu Sufyan dan kaum musyrikin. Beliau bertanya kepada para sahabat, “Bagaimana pendapat kalian?Apakah kita memerangi mereka di lorong-lorong kota atau kita cegat mereka di gunung Uhud”.

Orang-orang tua menjawab, “Wahai Rasulullah, lebih baik kia tetap di tempat, bertahan di lorong-lorong dan rumah-rumah kita. Kalau mereka malsuk kota.klta perangi mereka”. Beliau pun setuju. Tetapi, baru selesai ucapan itu, para sahabat yang berusia muda, yan g berjumlah delapan puluh orang, keluar, lalu menghunus pedang dan memasang besi pelindung di kepala. Kemudian mereka melantunkan nasyid di luar masjjid dengan suara lantang.”Kami adalah orang-orang yang membaiat Muhammad untuk berjihad selamakami hidup”, tandas mereka.

Kemudian, seorang pemuda yang berusia sekitar dua puluh tahun berkata nyaring,”Wahai Rasulullah, pimpinlah kami ke Uhud. Jangan halangi kami masuk surga! Demi Allah, saya pasti masuk surga”. Mendengar gelora penuh semangat itu, Rasulullah bangkit. Setiap bulu di tubuh beliau berdiri. Setiap tetes darah beilaiu bergejolak. Beliau lalu berdiri. Beliau mengumumkan bahwa pintu-pintu surga telah dibuka dan Allah telah menempatkan diri kepada hamba-hamba-Nya . “Dengan apa kamu masuk surga?”, tanya beliau kepada para pemuda itu?

Para pemuda itu menjawab, “Dengan dua h al. Pertama, saya mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan saya tidak lari dari medan pertempuran”. Kemudian air mata Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam mengalir. Dengan mengangkat kedua tangan beliau bersabda, “Kalau kamu jujur kepada Allah, Dia pasti akan membalas kejujuranmu”.

Allah berfirman :

“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS : al-Ankanbut : 69)

Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, tak lama, berangkat menuju medan perang. Beberapa saat sebelum perang berkecamuk, beliau mencabut pedangnya dan bertanya, “Siapa yang ma memegang pedang ini?”. “Kami semua ingin memegangnya”, jawab para sahabat. Abu Dujanah bertanya, “Apa hak pedang ini, wahai Rasulullah?”, tanyanya. “Haknya adalah menebaskannya kepada kaum kafir hingga ia bengkok”, tegas Rasulullah.

Pernah anda mendengar ada pedang yang bengkok, karena digunakan membunuh musuh? Ya, ada .. dengan telapak tangan sahabat-sahabat Muhammad Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Kemudian Abu Dujanah mengambil pedang itu, sambi bersyair.

“Akulah yuang berjanlji kepada kekasihku,
Tatkala kami befrada di gunung diantara rumpun kurma ..
Untuk selamanya tidak berdiri di barisan belakang
Aku membunuh dengan pedang Allah dan Rasul ..”

Kemudian Abu Dujanah menggunakan pedang untuk berperang dan membunuh orang-orang kafir, hingga pedang itu bengkok. Lalu, dia mengembalikan pedang bengkok kepada Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Para pahlawan lahir bermunculan.

intu-pintu surga dibuka. Para malaikat ikut meramaikan pertempuran. Pintu-pintu langit dibuka, menurunkan tentara yang dikomandani Jibril as. Dan turun diatas gunung Uhud.
Agama ini lenyap dari muka bumi atau kebenaran ini yang menang.

Tentu, kemenangan islam yang akan datang. Tak akan berhasil mereka yang menodai dan menggunakan agama hanya untuk mendapatkan kenikmatan sesaat dengan melakukan kerjasama dengan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Wallahu’alam.







Aidh al-Qarni







 

~a thousand dreams.~ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea