Beberapa hari yang lalu saya di datangi oleh seorang teman yang sangat akrab saya sapa ''Butet''.
Butet adalah nama pemberian kami satu sama lain sewaktu Esempe dulu. namun bukan berarti doi berasal dari marga Batak. semasa Esempe dulu, dengan dua orang kawan kami membentuk sebuah Genk kelompok belajar. dari sanalah julukan atau nama2 aneh mulai bermunculan hingga akhirnya giliran saya diberi nama yang paling subhanallah ''Kokom''. itu dikarena sewaktu itu saya sering membawa dan membaca komik didalam kelas. Kom-ik, disingkat dan jadilah Kokom =.=
jujur saya sempat tidak ''sudi'' menerimanya bahkan memprotes dengan 2 nama teman yang lain menurut saya tidak sama dengan nama saya yang jauh dari realitas *hallah!
sampai akhirnya dengan lapang dada nama itu diterima juga dengan syarat saya akan mengganti nama2 mereka. '' Mimin'', ''Kokom'', ''Butet'', ''Paijo''. nama2 ''beken'' yang sempat naik daun setengah semester kami di kelas 3.1 *twew~ -__-
Setelah lulus Esempe kami tidak pernah lagi saling jumpa. bahkan setelah melanjutkan studi ke Esema untuk saling silahturahmi kerumah pun tidak (kami masuk ke Esema yang berbeda). kesibukan masing2 membuat waktu berjalan terlalu cepat sehingga banyak hal2 sekitar yang terkadang terlupakan. sampailah hari setelah hampir 4 tahun lamanya dimana tak sengaja kami bertemu hingga akhirnya berjanjian untuk saling jumpa dan bersilahturahmi.
di dalam obrolan kami doi mengeluhkan perihal kuliahnya. beberapa hari menjelang ujian praktek kerja lapangan yang ia pusingkan, ada beberapa sample yang mesti ia hafalkan untuk dipresentasikan. dengan wajah sedikit manyun doi bertanya kepada saya. (sekilas perbincangan kami)
Butet :
kenapa ya, apa aku bodoh atau macam mana? berlembar2 sample buwat presentasi 2 minggu lagi belum juga aku hapal2. pusing aku!
saya :
kena..pa? apa kau tak menghafalnya? jangan2 hobby malasmu itu belum berubah. (dengan menirukan logat bataknya)
Butet : bukaaan. siang malam sampai ke Wece (*toilet) aku menghafalnya, tapi tetap aja tak masuk. lama2 bisa gila aku kalo g lulus tahun ini.
Seingat saya Butet termaksud siswa yang pintar, pun waktu kami Esempe hampir 3 kali ia mampu menggeser prestasi Juara 2 dikelas kami.sambil melihat mukanya yang sudah berubah dari senyum menjadi manyun, saya jadi berpikir untuk menanyakan beberapa hal kepada doi.
saya :
Gimana kabar Emak kau? (tanpa menghilangkan logat batak)
Butet :
udah tiga tahun aku pisah dengan beliau. aku tak tinggal ngan mereka lagi.
Saya :
kenape? ada yang salah ke? (tiba2 pembicaraan kami bertukar menjadi logat melayu)
Butet :
kau tau lah.. semenjak Esempe aku dah tak baik dengan Mak aku tu. tak tahu kenape pusing ja kepala aku liyat die. apalagi ba'da Bapak aku tu cerai dengan die. tambahlah aku tak suka.
Saya :
apa sebab kau tak suke? sedari dulupun beliau tak nampak kat aku main kasar ngan kau thu..
Butet :
kami tu tak satu pemikiran. boleh jadi die yang melahirkan aku, tapi yang membesarkan cumalah Bapakku sorang jhe.. die sibuk melingkar2 (pulangpergi) tak tahu arah ..
Saya :
kini macam mana? ade ke kau bersilahturahim ke rumah beliau?
Butet :
mane lah ade.. berkali2pun Bapak memakse nyuruh pegipun, aku tak nak..
kembali saya berpikir mengenai obrolan kami. hingga teringatlah saya sebuah Sms dari sebuah Ukhty saudara saya nun jauh di pulau seberang sana.
Kami mengeluh kepada Imam Waqi’ tentang kelemahan hafalanku, maka ia memberiku petunjuk agar meninggalkan maksiat.
Dia memberiku nasehat bahwa sesungguhnya Ilmu itu adalah Nur Allah. Dan Allah tidak akan menunjukannya kepada orang yang maksiat.
(Imam Syafi’i)
''Ridho Orangtua tergantung Ridho Allah''
Nah .! itulah letak salah kau tu,..
cuba kau resapi kalimat ni. bermaksiat tentulah itu kau sebab kau tak mau berminta maaf dan memberi maaf pada Emak yang sudah bikin kau lahir di dunia ni .. cubalah singgah kat rumah beliau barang sekejap. abis tu bawaklah sholat sunah minta ampunan Allah. niscaya urusan2 kau tu lancar nantinye...
Butet :
mane boleh macam tu..
Saya :
coba lah denga barang sekali je kata2 aku ni..
Lama ia merenung. ku lihat Butet berpikir terlalu lama.
mungkin ia berpikir sesuatu yang kurang dalam dirinya. Mengingat kasih sayang seorang Ibu yang tak pernah ia dapatkan sejak kecil. tentulah bukan sesuatu yang mudah untuk menjadi sekedar ''akrab''.
Butet :
Yelaah, biar ku pikirkan dahulu ..
kau juge.. pegilah minta ampun kat Emak kau tu.. (sambil tertawa Butet menjentik kepala saya, kebiasaan sedari Esempe)
aku tak sama ngan kau ..., kataku membalas jentik'annya.
aku tak sama ngan kau ..., kataku membalas jentik'annya.
satu gelas Es Poci menutup pembicaraan kami kala siang itu. Butet kembali ke tempat kerjanya berikut juga saya.
ibrah dari obrolan saya dengan Butet tentunya membuka hati saya untuk lebih berbakti pada orangtua.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab:
Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian
ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Shahih Muslim No.4621)
Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab:
Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian
ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Shahih Muslim No.4621)
~ kesuksesan seorang Anak itu dilihat seberapa berbakti ia pada Ibu/orangtuanya.. ^ (terlepas dari ta'at atau tidaknya orangtuanya pada Allah Swt) wallahu a'lam~