10/29/2011

DAN RINDU ITU PUN TERTEBUS...


Kisah ini terdapat dalam kitab Irsyadul Ibad.
Dalam suatu kisah yang dipaparkan al-Yafi'i dari Syaikh Abdul Wahid bin Zahid, dikatakan:
Ada seorang pemuda gagah yang turut berjihad bersama pasukan Islam. Selama perjalanan, pemuda itu tetap berpuasa di siang hari dan tak lepas dari salat lail di malam hari. Bahkan dia juga melayani kebutuhan pasukan dan ikut berjaga-jaga bila semua tidur. Hingga sampailah pasukan itu di perbatasan Romawi...
Menjelang pertempuran, pasukan Islam beristirahat di suatu tempat. Karena kelelahan, maka pemuda itupun tertidur. Namun tiba-tiba ia terjaga dan berseru lirih, "Ah, alangkah rindunya aku padamu ‘Ain al-Mardhiyyah". Orang-orang yang mendengarnya terheran-heran dan mereka mengira bahwa pemuda itu sedang mengigau dalam tidurnya.

"Siapakah ‘Ain al-Mardhiyyah itu?" tanya Abdul Wahid, seorang ulama pejuang, yang mengenal pemuda itu.
Pemuda itu kemudian bertutur : “Aku tertidur dan bermimpi bertemu seseorang. Orang itu berkata, ‘Pergilah kepada ‘Ain al-Mardhiyyah’. Lalu aku dibawa ke sebuah taman yang sangat indah yang dikelilingi sungai jernih menawan. Di tepi sungai itu banyak sekali gadis-gadis cantik nan elok bak permata yang lengkap dengan segala perhiasan dan aksesorisnya. Dan ketika melihatku, tiba-tiba mereka berkata, ‘Lihat, itu suami ‘Ain al-Mardhiyyah’....
Kemudian aku memberi salam dan bertanya, ‘Adakah di antara kalian yang bernama ‘Ain al-Mardhiyyah?’. Kemudian mereka menjawab, ‘Maaf, kami ini hanya pelayan-pelayannya. Kalau Tuan ingin bertemu, silakan jalan terus menyusuri sungai ini’.
Akhirnya aku menyusuri sungai indah itu…

Dan ternyata, aku hampir tidak percaya pada apa yang aku lihat…ternyata sungai itu adalah sungai susu yang tidak berubah rasa dan warnanya. Sungguh indah nan elok dipandang mata. Hingga sampailah aku di sebuah tempat yang banyak berkerumun gadis-gadis cantik dan lengkap dengan perhiasannya.
Dan mereka akhirnya melihatku…
“Inilah suami ‘Ain al-Mardhiyyah", kata gadis-gadis cantik itu berbisik-bisik.

Tapi ketika aku bertanya, yang mana ‘Ain al-Mardhiyyah, aku mendapat jawaban yang sama. Kali ini yang kutelusuri adalah sungai madu. Sungguh manis dan segar sungai itu, sampai kemudian kutemui lagi kerumunan gadis-gadis yang lain lagi. Subhaanallaah…mereka ternyata lebih cantik dari gadis-gadis yang aku temui tadi, hingga aku dapat melupakan kecantikan gadis-gadis sebelumnya. Lalu oleh gadis-gadis itu, aku ditunjukkan sebuah kemah yang tersusun dari permata yang indah. Indah sekali. Kemudian aku pun segera menuju ke sana…
Subhaanallaah walhamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbaar…
Sungguh aku terkagum-kagum menyaksikan kecantikan gadis yang ada di kemah itu. Aku menyangka inilah ‘Ain al-Mardhiyyah. Aku merasa sudah cukup puas bila gadis itu yang menjadi pendampingku. Tapi… lagi-lagi dugaanku salah. Gadis itu malah memanggil seseorang yang ada di dalam kamar,

"Hai ‘Ain al-Mardhiyyah, lihat…ini suamimu sudah datang".
Kemudian bergegas aku pun masuk ke dalam kamar itu.
Mataku terbelalak, Subhaanallaah…Maha Suci Allah…
Allaahu Akbaar…

Kulihat seorang gadis yang sangat cantik, dan kecantikannya melebihi para gadis yang sebelumnya aku temui. Kulihat dia sedang duduk di atas tempat tidur/singgasana emas, yang bertaburkan permata, berlian, dan yaqut.

Subhaanallaah..aku hampir-hampir tidak dapat menahan diri lagi.
"Marhaban wahai kekasihku, selamat datang wahai jiwa suci yang aku menjadi milikmu…Kini sudah hampir tiba kedatanganmu untukku…", kata gadis itu dengan senyum paling manis dan keteduhan matanya yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Allaahu akbar…

Sungguh…ingin sekali aku memeluknya.
Namun, gadis elok nan rupawan itu berkata,
"Sabar dulu wahai kekasih, engkau belum sah menjadi suamiku. Sebab engkau masih hidup di dunia", kata ‘Ain al-Mardhiyyah.
"Tetapi insya Allah, engkau akan berbuka dan memadu kasih di sini
Bersabarlah sayang…".
Kemudian, usai menceritakan mimpinya,
pemuda itu berlari menyongsong musuh. Sembilan orang tentara Romawi tewas di ujung pedangnya. Pada hitungan kesepuluh, dia tersenyum sepenuh bibirnya ketika syahid menjemputnya.

Kemudian...RINDU ITU PUN TERTEBUS...
Bersamaan dengan itu, sang pemuda tadi dengan penuh keyakinan, dia akan segera menjemput isterinya—sang bidadari sejati—untuk bersama memadu kasih di taman Syurgawi...

Demikianlah, sebuah kisah yang akan menggugah jiwa dan semangat para ‘perwira langit’, untuk terus berjuang berjihad di jalan Allah...

Oh, ‘Ain al-Mardhiyyah...
Adakah dirimu tercipta untukku...


ust. Agus Trisa
 

~a thousand dreams.~ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea