7/02/2011

Buku Kehidupan


Seandainya kau tahu, kau hanya memiliki satu hari lagi kesempatan untuk hidup, apa yang akan kau lakukan?

Setiap hari, kehidupan menawarkan kepadamu, halaman kosong pada buku kehidupanmu. Masa lalu sudah tertulis dan kau tak dapat merngubahnya. Pada halaman masa lalu itu kau dapat menemukan kembali kisahmu. Beberapa halaman mungkin memiliki warna lembut, ceria atau cerah penuh kemegahan. Namun pada halaman-halaman lain mungkin kau menemukan warna-warna yang buram, kusam, abu-abu, bahkan gelap penuh kengerian.

Kecantikan, keindahan, kegembiraan, mengingatkanmu akan masa-masa bahagia. Pada halaman yang penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan itu mungkin kau ingin mengabadikannya atau kau ingin menyimpannya, sehingga sewaktu-waktu kau dapat mengenangnya kembali. Pada halaman yang buram, kusam dan penuh jelaga hitam mungkin kau tak ingin mengingatnya, sehingga kau merobeknya dan membuangnya jauh-jauh.

Hari ini, kau mendapatkan kesempatan untuk menulis halaman yang lain. Seseorang telah memberikan kepadamu sebuah pena, tertutup dan solid. Kau tidak dapat melihat berapa banyak tinta yang tersedia. Mungkin saja tintanya akan segera habis begitu kau mulai menulis. Tapi mungkin juga tintanya cukup banyak untuk menuliskan mahakarya yang akan menjadi sebuah legenda. Kau tidak pernah tahu sebelum menulis. Kau harus mengambil resiko.


Sebetulnya tidak ada peraturan yang mengharuskanmu untuk memulai menulis. Bahkan kau bisa saja menyimpan pena itu dalam laci, melupakan dan membiarkannya mengering. Tetapi, kalau kau memutuskan untuk menggunakannya, apa yang akan kau lakukan? Cerita seperti apa yang akan kau tulis? Apakah kau akan mulai dengan sebuah rencana sebelum kau menulis? Apakah rencana itu begitu agungnya, sehingga kau tidak punya waktu untuk mulai menulis? Atau kau langsung saja menulis, terbawa alur dan alunan setiap kata tanpa kau dapat berpikir lagi, membiarkan kata demi kata mengalir, membawa dan mengaturmu.

Apakah kau akan menulis dengan sangat hati-hati seakan-akan pena ini akan habis dalam waktu yang singkat? Atau mungkin kau akan menulis seolah-olah tintanya tidak kunjung habis? Dan cerita macam apa yang akan kau tulis? Cerita tentang keputusasaan, kebencian, kesengsaraan, kematian dan kekosongan? Ataukah cerita tentang cinta, romantika kehidupan, kelucuan, kegembiraan, perjuangan, semangat, optimisme, harapan dan kebahagiaan?

Apakah kau menulis hanya untuk kepuasanmu sendiri, kepuasan orang lain, atau untuk diri sendiri dengan cara memuaskan orang lain? Bagaimana kau akan menuliskan ceritamu?


Apakah kau akan menuliskannya dengan tangan gemetar, atau dengan kepercayaan seteguh batu karang? Bagaimana bentuk tulisan yang ingin kau hasilkan? Dengan tulisan yang indah, ataukah tulisan yang biasa-biasa saja, atau bahkan kau tidak akan menulis sama sekali?

Tidak ada yang mengatakan kepadamu, kau harus menulis. Kau dapat mencorat-coret, atau menggambar. Apakah kau akan menulis dengan rapi mengikuti garis, atau kau tidak melihat adanya garis? Begitu banyak yang harus kau putuskan untuk menulis sebuah cerita..

Bagaimana kau akan menuliskan hari-harimu? Semua itu terserah kepadamu untuk memilih warna-warni yang akan kau gunakan untuk menghiasi buku kehidupanmu. Pada saat-saat kau menghadapi kemalangan, kau dapat saja menambahkan warna kelembutan, kesucian, atau ketegaran, yang menyatakan sekalipun dalam kesulitan, kau toh tetap menjadikannya sebuah pengalaman yang indah. Itu semua tergantung kepada keinginan dan sikap optimismu untuk menghiasi halaman hari ini pada buku kehidupanmu, menjadi halaman yang dapat kau simpan sebagai kenangan sangat indah pada tahun-tahun yang akan datang.


Jangan bimbang dan ragu, kau dapat saja berdamai dengan Tuhan dan alam di sekitarmu. Kau akan menyukai kehangatan sinar matahari yang berwarna keemasan di pagi cerah, angin sepoi yang bertiup lembut, sejuk dan segar dirasakan, cinta, dan hasrat membuncah terhadap seseorang yang sangat kau sayangi, juga banyaknya berkah melimpah yang dianugerahkan Tuhan atas terkabulnya doa-doamu.

Nikmati hari yang baru. Bukalah pintu hatimu dan siapkan gudang dalam benakmu untuk menyimpan segala yang baik dalam hidup dan kehidupanmu pada setiap detik, setiap menit, setiap jam yang kau lalui. Jalani setiap saat dalam kehidupanmu dengan senyuman, dan sikap untuk senantiasa memberikan yang terbaik. Sebaiknya tidak menyakiti hati orang lain, apalagi menghancurkan hidupnya. Taburkanlah selalu kegembiraan dan kebahagiaan.

Berikan senyummu kepada setiap orang, dan tawarkan senantiasa bantuan. Tidak perlu merasa terlambat untuk mengubah haluan, memulai lagi sesuatu yang baru, menuliskan kembali kebahagiaan dan kedamaian pada halaman baru buku kehidupanmu.

Bersyukurlah senantiasa kepada Tuhan untuk hadiah hari ini, juga untuk kesempatan mengubah hari ini menjadi suatu halaman baru yang sangat indah dalam buku kehidupanmu. Ingatlah bahwa jika masih ada iri hati, dendam, sakit hati, kebencian, amarah dan dengki, hal itu akan membuat masalah dan kesulitan dalam hidupmu. Jiwamu akan terluka. Namun semuanya itu terserah kepadamu, bagaimana kau akan menghiasi lembar-lembar kehidupanmu hari ini… jika ini merupakan hari pertama dalam dalam kehidupanmu…. Ataukah bahkan merupakan hari terakhir dalam kehidupanmu…. atau hanyalah suatu hari dalam buku kehidupanmu… Pastikan bahwa namamu tertulis dalam buku kehidupan…

Sesungguhnya aku katakan kepadamu:

Bukalah pintu hatimu untuk segala kebaikan

Bukalah jendela jiwamu untuk kebahagiaan

Semoga hari-hari yang kau lewati penuh kebahagiaan dan kedamaian.



Tatkala masih dibangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatn...ya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :

“Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!

” Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.

Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan..

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian, pengetahuanku terbatas.

Aku mulai jenuh. Tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.

Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.


Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yan...g meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.

Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah … Laailaaha Illallaah ..” perintah temanku. Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.

Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat …

Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.

Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi keduanya tetap terus saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya. Suara lagunya terdengar semakin melemah, lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak. Keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.

Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening…

Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk).

Ia berkata “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk.Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia.

“Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaiman seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu’ sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula. Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.

Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan.!



Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.

Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota . Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba... sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika. Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian.

Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya begitu bersih. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya..

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an … dengan suara amat lemah.

“Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur’an seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian “Aku akan menuntunya membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu apalagi aku sudah punya pengalaman.” aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu.

Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke setiap rongga.Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang.

Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meningal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air mataku deras mengalir.

Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.

Kepada orang-orang di sana , kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.

Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata.

Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan di shalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya. Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya.

Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin.

Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan.

Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal yang nyata : “memperbaiki diri dan mengajak orang lain “

Allah Swt berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS. Al-Imran :185)

Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabadanya, “Barangsiapa yang lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.”

Saudaraku Siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT, Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya.

note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.

Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau mungkin hidup lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.





Diambil dari sekolahkehidupan.com. *untuk menyemangati diri agar selalu mengisi hari dengan kebaikan, karena bisa jadi esok, kita tak pernah lagi berjumpa dengan hari* Akhukum fillah.
Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri,dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.
Jazakumullah khairan katsiran. - Sahabat Berbagi Muslim
 

~a thousand dreams.~ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea